Feeds:
Posts
Comments

Archive for the ‘environment’ Category

BELAJAR DARI KENAIKAN HARGA BBM

Pengaruh Naiknya Harga BBM terhadap Pencemaran Lingkungan

Oleh: Pratiwi Prananingrum

(305342479122)

 

            Kenaikan harga BBM di Indonesia yang ditetapkan baru-baru ini, membuat berbagai kalangan menjerit-jerit. Aksi demo mulai dari mahasiswa sampai ibu-ibu rumah tangga  terjadi di mana-mana. Banyak kalangan yang menilai bahwa kenaikan harga BBM ini merupakan bentuk kegagalan pemerintah SBY-JK di bidang ekonomi. Dana bantuan langsung tunai (BLT) yang diberikan pemerintah pada rakyat yang tidak mampu sebagai bentuk kompensasi naiknya harga BBM, tidak mampu membendung gelombang aksi penolakan terhadap naiknya harga BBM ini.

            Berbagai bentuk sosialisasi dilakukan pemerintah pada masyarakat untuk menunjukkan pentingnya kenaikan harga BBM ini untuk mengurangi angka subsidi yang harus ditanggung pemerintah, jika ingin ekonomi negara ini tidak kembali terpuruk seperti beberapa tahun yang lalu. Akan tetapi tetap saja masyarakat luas tidak sepenuhnya bisa menerima kebijakan ini.

            Kebijakan kenaikan harga BBM, bukan merupakan jenis kebijakan yang populis. Kebijakan ini merupakan suatu isu yang bersifat dilematis, di satu sisi, akan banyak masyarakat menengah ke bawah utamanya, yang merasa kehidupannya semakin terhimpit selain itu banyak kalangan industri yang terancam eksistensinya yang dapat berakibat pada PHK dan pengangguran, di sisi lain, keselamatan ekonomi bangsa ini juga dapat terancam jika harus menanggung beban subsidi yang semakin besar seiring dengan naiknya harga minyak dunia         

            Mengingat bahwa bangsa Indonesia ini merupakan bangsa yang masih belum mandiri dalam bidang ekonomi, maka segala hal yang terjadi di perekonomian dunia, akan berpengaruh signifikan pada perekonomian Indonesia. Ironis memang, bangsa sebesar ini yang dibangun dengan kemegahan sejarah kejayaan nenek moyang seperti Majapahit dan Sriwijaya dan juga kemasyhuran tokoh-tokoh seperti Soekarno dan Hatta, belum bisa mandiri, atau jika kita merujuk pada akronim yang disampaikan Bung Karno dulu “Berdikari”, berdiri di atas kaki sendiri.

            Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan sumber daya alam yang menjanjikan sejuta potensi. Seharusnya SDM Indonesia mampu untuk mengolahnnya demi kepentingan rakyat bukan golongan-golongan seperti saat ini. Berbagai jenis teknologi sederhana yang aplikatif sebenarnya sudah mampu diterapkan oleh bangsa Indonesia. Budaya konsumtif terhadap produk asing seharusnya sudah hilang, akan tetapi rupanya bangsa ini masih terlalu mengantuk karena terlalu lama tidur, sehingga sangat sulit untuk bangkit dan mengejar ketertinggalan di berbagai bidang dengan negara-negara maju.

            Kenaikan harga BBM ini, seharusnya membuat kita belajar tentang banyak hal, termasuk bagaimana cara mencari bahan substitusinya agar kita tidak selamanya tergantung pada sumber energi yang tidak terbarukan ini. Penggunaan bahan bakar alternatif pengganti BBM merupakan suatu isu yang sudah lama diangkat, bahkan di beberapa negara maju sudah mulai diaplikasikan. Di Indonesia teknologi ini juga sudah mulai dicoba untuk diterapkan diantaranya dengan pembuatan Biodiesel dari jarak pagar, Biogas dari kotoran sapi dan sebagainya, namun pemanfaatannya belum sebanyak bahan bakar minyak (solar, premium, dsb).

Penggunaan energi alternatif ramah lingkungan, merupakan salah satu solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah kenaikan harga BBM. Bahkan solusi ini juga akan menjadi salah satu solusi bagi pencemaran lingkungan akibat penggunaan bahan bakar minyak yang terjadi selama ini. Perlu diingat kembali bahwa konsumsi bahan bakar minyak di Indonesia semakin meningkat dari hari ke hari yang akibatnya dapat dirasakan oleh masyarakat baik di desa maupun di kota, udara semakin panas akibat gas buang yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor, mesin industri, pembakaran yang berbahan bakar minyak telah meningkatkan kadar gas rumah kaca.

Berbagai kelemahan memang masih dijumpai dalam aplikasi sumber energi alternatif, tapi kelemahan inilah yang seharusnya membuat kita semakin berinovasi untuk dapat menghasilkan teknologi pemanfaatan sumber energi alternatif ramah lingkungan yang lebih baik.

Kekayaan alam Indonesia yang melimpah ruah, menyimpan potensi besar untuk pengadaan dan aplikasi sumber energi alternatif dalam jumlah besar untuk memenuhi konsumsi dalam negeri maupun ekspor. Hal ini tinggal menunggu tangan-tangan kreatif generasi muda Indonesia untuk mengelolanya dan mempersiapkan berbagai teknologi yang diperlukan jika sumber energi alternatif ini diproduksi dalam skala industri.

Pembuatan berbagai jenis alat yang selama ini berbahan bakar minyak (BBM) menjadi alat yang dirancang khusus berbahan bakar sumber energi alternatif merupakan salah satu persiapan yang harus dilakukan disamping berbagai persiapan lain seperti minat konsumen, teknik produksi sumber energi yang efektif dan efisien, dsb. Pada intinya kenaikan harga BBM ini tidak hanya bisa dipandang dari sudut yang merugikan berbagai kalangan, tetapi dapat juga dipandang sebagai suatu cambuk bagi bangsa Indonesia untuk menciptakan suatu teknologi baru ramah lingkungan dengan penerapan sumber energi alternatif yang berbasis kemandirian bangsa.

Read Full Post »

NILA KARTIKA SARI

305342479134/off.G

PRO DAN KONTRA SINAR ULTRAVIOLET

Bagai dua sisi mata uang, begitu pula pengaruh sinar matahari terhadap kesehatan manusia. Pada awal 1900-an, manfaat sinar matahari terbukti dengan ditemukannya hubungan antara riketsia dan defisiensi vitamin D (terbentuk berkat bantuan sinar matahari). Namun 32 tahun sesudahnya, keluarlah sebuah peringatan tentang bahaya paparan sinar matahari. Pesan yang disampaikan adalah seruan agar menghindari sinar matahari sekitar jam 12 siang dan melindungi kulit dari sinar matahari secara langsung. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi angka kejadian kanker kulit yang terus membengkak akibat paparan sinar matahari yang berlebihan. Mengingat hal tersebut, setelah 76 tahun berikutnya sampai pada tahun 2008 ini, dengan marak nya berita global warming dimana es di kutub telah mencair karena rusaknya lapisan ozon,maka sebuah pertanyaan besar tengah kita hadapi. Sebenarnya bagaimana keseimbangan yang tepat dari paparan sinar matahari terhadap manusia. Bahaya Sinar Matahari Selain kanker kulit yang umum ditemukan di banyak negara, paparan sinar ultraviolet (UV) yang berlebihan juga dapat mengakibatkan katarak, pterigia, kanker mata, dan reaktivasi infeksi virus. Karena itu diperlukan edukasi kepada masyarakat tentang bahaya sinar matahari yang berlebihan. Dengan demikian masyarakat terdorong untuk menghindari kegiatan yang berisiko terpapar sinar matahari berlebihan di luar ruangan. Banyaknya penyakit yang ditimbulkan oleh paparan sinar matahari yang berlebihan mendorong para ahli untuk mengadakan penelitian lebih lanjut. Hasilnya, penyakit yang disebabkan oleh paparan berlebihan sinar UV berada dalam jumlah yang belum terlalu merisaukan. Namun hasil ini akan meningkat apabila paparan sinar matahari terus berlanjut dan menjadi faktor risiko penyakit seperti melanoma okular, katarak, rusaknya keefektifan vaksinasi, serta menginduksi imunosupresi. Untungnya, kejadian ini dapat dicegah dengan perilaku yang aman terhadap sinar matahari. Sementara kampanye untuk menghindari paparan sinar matahari yang berlebihan ramai terjadi di seluruh dunia, mulai timbul pemikiran akan adanya efek kesehatan akibat kurangnya paparan terhadap sinar matahari. Hal lain yang tak kalah penting adalah fakta bahwa sinar matahari yang cukup diperlukan untuk menjaga kadar vitamin D tubuh. Hal inilah yang mencetuskan dikeluarkannya rekomendasi tahun 2005 tentang paparan sinar matahari yang tepat dan tidak menimbulkan risiko terjadinya kanker kulit, namun cukup untuk menjaga kadar vitamin D yang dibutuhkan oleh tubuh. Manfaat Paparan Sinar Matahari Langsung Paparan sinar matahari dengan kadar tinggi ternyata dapat mencegah perkembangan lebih lanjut limfoma Hodgkin dan non Hodgkin. Bila paparan sinar matahari yang berlebihan merupakan faktor risiko terjadinya melanoma malignum, maka paparan sinar matahari dengan kadar lebih tinggi berhubungan dengan meningkatnya ketahanan pasien melanoma stadium awal. Hal ini mungkin karena adanya efek proliferatif vitamin D, melanisasi, serta meningkatnya kapasitas perbaikan DNA, sehingga mutasi akibat melanoma jauh berkurang. Paparan sinar UV juga mempunyai efek imunosupresi langsung yang penting untuk mengurangi risiko kelainan autoimun seperti multiple sklerosis dan diabetes tipe 1 pada orang-orang berisiko tinggi.Vitamin D dan Manfaatnya Di banyak negara, sumber utama vitamin D berasal dari paparan sinar matahari khususnya sinar UV-B dan kurang dari 10% berasal dari makanan. Selama musim dingin, pada daerah dengan derajat lintang besar, daerah yang berpolusi udara tinggi ataupun daerah yang berawan, paparan sinar UV-B sangat terbatas. Selain itu, adanya pelindung seperti pakaian, tempat teduh, dan penggunaan krim matahari semakin membatasi paparan sinar UV-B serta produksi vitamin D. Kandungan vitamin D yang cukup dalam darah sangat penting untuk kesehatan tulang. Defisiensi vitamin D yang parah (<12,5 nanomol/l) berhubungan dengan riketsia pada anak dan osteomalasia pada dewasa. Sedangkan insufisiensi vitamin D (<50 nanomol/l) merupakan faktor risiko osteoporosis dan berhubungan dengan kelemahan otot pada usia lanjut.. Diperkirakan insufisiensi vitamin D adalah faktor risiko berkembangnya kanker payudara, prostat, dan kolon. Insufisiensi vitamin D juga dapat meningkatkan risiko penyakit autoimun seperti sklerosis dan diabetes tipe I. Sehingga tak heran jika pemberian suplemen vitamin D secara oral menunjukkan efek protektif dari perkembangan diabetes tipe 1, reumatoid atritis, dan multiple sclerosis. Selain itu kadar vitamin D yang rendah dalam serum menunjukkan hubungan positif dengan terjadinya diabetes tipe 2 yang ditandai resistensi insulin dan disfungsi sel B pankreas. Dosis Sinar Matahari yang Dibutuhkan Dosis sinar UV yang dibutuhkan tergantung dari luas permukaan kulit yang terpapar, pigmentasi kulit, usia, dan banyaknya sinar UV-B yang ada pada suatu daerah. Meskipun demikian, paparan seluruh tubuh terhadap satu MED (jumlah sinar UV minimal yang menyebabkan eritema minimal pada kulit) diperkirakan dapat melepaskan 10.000-20.000 IU vitamin D ke dalam darah dalam 24 jam paparan. Bagi seseorang yang berpigmen sedang, paparan terhadap tangan, muka, dan lengan selama 6-7 menit pada pukul 10.00 atau 14.00 pada musim panas menghasilkan sekitar 1000 IU vitamin D. Jumlah tersebut cukup untuk menjaga konsentrasi vitamin D pada kisaran normal. Kontroversi mengenai kisaran konsentrasi vitamin D darah yang dikatakan normal terus berlanjut. Ada yang menyebutkan 50 nanomol/l sebagai batas terendah kecukupan. Ada pula penelitian terbaru yang menyebutkan bahwa sedikitnya dibutuhkan 80 nanomol/l untuk mencegah perubahan fisiologis yang berkaitan dengan insufisiensi vitamin D. Untuk memperkirakan berapa banyak paparan sinar matahari yang dibutuhkan untuk memproduksi vitamin D dalam jumlah yang cukup, hal-hal berikut ini perlu diperhatikan: Terdapat simpanan sinar UV-B kadar rendah di dalam tubuh yang dibutuhkan untuk menginduksi produksi vitamin D. Simpanan yang cukup dari vitamin ini sangat penting karena walaupun seluruh tubuh terpapar sinar matahari selama musim dingin di daratan tinggi, sinar itu sedikit sekali yang diubah menjadi vitamin D. Konsentrasi previtamin D mencapai keseimbangan setelah 20 menit terpapar sinar matahari. Paparan yang berlebihan terhadap sinar matahari tidak akan menghasilkan vitamin D dalam jumlah yang lebih banyak. Kelebihan sinar UV justru akan mendegradasi vitamin D ke bentuk yang tidak bermanfaat. Pigmentasi kulit mempengaruhi waktu yang diperlukan untuk memproduksi sejumlah vitamin D, tetapi ini tidak mempengaruhi kadar yang dicapai. Bila waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kadar maksimal vitamin D pada orang berkulit terang adalah 10-12 menit, maka pada orang Asian Indian perlu 3 kali lebih lama dan pada orang berkulit gelap perlu 10 kali lebih lama. Paparan sinar matahari yang mengenai lengan dan muka saja, walaupun di musim panas, hanya akan menghasilkan sejumlah kecil produk endogen vitamin D3.

Read Full Post »

NILA KARTIKA SARI

305342479134/off.G


Klasifikasi berdasar ukuran ini juga terkait dengan akibat buruk partikel tersebut terhadap kesehatan sehingga WHO dan juga US Environmental Protection Agency menetapkan standar PM dan polutan lain untuk digunakan sebagai dasar referensi (Tabel 1).

Tabel 1. Standar polutan udara menurut EPA

Pollutan                                                Waktu

PM10 (μg/m3)                                                   150 (/24jam)                        50 (/tahun)

PM2,5 (μg/m3)                                                   65 (/24 jam)                       15 (/tahun)

Ozone (ppm) 0.12 (/1jam)                    0.08 (/8 jam)

NO2 (ppm)                                                                                         0.053 (/tahun)

SO2 (ppm)                                                       0.14 (/24 jam)               0.03 (/tahun)

3.       Mekanisme terjadinya gangguan kesehatan akibat polusi udara secara umum

Efek yang ditimbulkan oleh polutan tergantung dari besarnya pajanan (terkait dosis/kadarnya di udara dan lama/waktu pajanan) dan juga faktor kerentanan host (individu) yang bersangkutan (misal: efek buruk lebih mudah terjadi pada anak, individu pengidap penyakit jantung-pembuluh darah dan pernapasan, serta penderita diabetes melitus).  Pajanan polutan udara dapat mengenai bagian tubuh manapun, dan tidak terbatas pada inhalasi ke saluran pernapasan saja. Sebagai contoh, pengaruh polutan udara juga dapat menimbulkan iritasi pada kulit dan mata. Namun demikian, sebagian besar penelitian polusi udara terfokus pada efek akibat inhalasi/terhirup melalui saluran pernapasan mengingat saluran napas merupakan pintu utama masuknya polutan udara kedalam tubuh. Selain faktor zat aktif yang dibawa oleh polutan tersebut, ukuran polutan juga menentukan lokasi anatomis terjadinya deposit polutan dan juga efeknya terhadap jaringan sekitar. Fine PM (<1 μm) dapat dengan mudah terserap masuk ke pembuluh darah sistemik. Indikator akibat pajanan jangka pendek dan jangka panjang polutan terhadap kesehatan dapat dilihat pada Tabel 2.

Berikut ini beberapa mekanisme biologis bagaimana polutan udara mencetuskan gejala penyakit:

  1. Timbulnya reaksi radang/inflamasi pada paru, misalnya akibat PM atau ozon.

  2. Terbentuknya radikal bebas/stres oksidatif, misalnya PAH(polyaromatic hydrocarbons).

  3. Modifikasi ikatan kovalen terhadap protein penting intraselular seperti enzim-enzim yang bekerja dalam tubuh.

  4. Komponen biologis yang menginduksi inflamasi/peradangan dan gangguan system imunitas tubuh, misalnya golongan glukan dan endotoksin.

  5. Stimulasi sistem saraf otonom dan nosioreseptor yang mengatur kerja jantung dan saluran napas.

  6. Efek adjuvant (tidak secara langsung mengaktifkan sistem imun) terhadap sistem  imunitas tubuh, misalnya logam golongan transisi dan DEP/diesel exhaust particulate.

  7. Efek procoagulant yang dapat menggangu sirkulasi darah dan memudahkan penyebaran polutan ke seluruh tubuh, misalnya ultrafine PM.

  8. Menurunkan sistem pertahanan tubuh normal (misal: dengan menekan fungsi alveolar makrofag pada paru).

Tabel 2. Pengaruh polusi udara terhadap kesehatan jangka pendek dan jangka panjang

Pajanan jangka pendek

–          Perawatan di rumah sakit, kunjungan ke Unit Gawat Darurat atau kunjungan rutin dokter, akibat penyakit yang terkait dengan respirasi (pernapasan) dan kardiovaskular.

–          Berkurangnya aktivitas harian akibat sakit

–          Jumlah absensi (pekerjaan ataupun sekolah)

–          Gejala akut (batuk, sesak, infeksi saluran pernapasan)

–          Perubahan fisiologis (seperti fungsi paru dan tekanan darah)

Pajanan jangka panjang

–          Kematian akibat penyakit respirasi/pernapasan dan kardiovaskular

–          Meningkatnya Insiden dan prevalensi penyakit paru kronik (asma, penyakit paru osbtruktif kronis)

–          Gangguan pertumbuhan dan perkembangan janin

–          Kanker

Sumber: WHO dan ATS (American Thoracic Society) 2005

4.       Polutan udara spesifik yang banyak berpengaruh terhadap kesehatan

4.1. Particulate Matter (PM)

Penelitian epidemiologis pada manusia dan model pada hewan menunjukan PM10 (termasuk di dalamnya partikulat yang berasal dari diesel/DEP) memiliki potensi besar merusak jaringan tubuh. Data epidemiologis menunjukan peningkatan kematian serta   eksaserbasi/serangan yang membutuhkan perawatan rumah sakit tidak hanya pada penderita penyakit paru (asma, penyakit paru obstruktif kronis, pneumonia), namun juga pada pasien dengan penyakit kardiovaskular/jantung dan diabetes. Anak-anak dan orang tua sangat rentan terhadap pengaruh partikulat/polutan ini, sehingga pada daerah dengan kepadatan lalu lintas/polusi udara yang tinggi biasanya morbiditas penyakit pernapasan (pada anak dan lanjut usia) dan penyakit jantung/kardiovaskular (pada lansia) meningkat signifikan. Penelitian lanjutan pada hewan  menunjukan bahwa PM dapat memicu inflamasi paru dan sistemik serta  menimbulkan kerusakan pada endotel pembuluh darah (vascular endothelial dysfunction) yang memicu proses atheroskelosis dan infark miokard/serangan jantung koroner. Pajanan lebih besar dalam jangka panjang juga dapat memicu terbentuknya kanker (paru ataupun leukemia) dan kematian pada janin. Penelitian terbaru dengan follow up hampir 11 tahun menunjukan bahwa pajanan polutan (termasuk PM10) juga dapat mengurangi fungsi paru bahkan pada populasi normal di mana belum terjadi gejala pernapasan yang mengganggu aktivitas.

4.2. Ozon

Ozon merupakan oksidan fotokimia penting dalam trofosfer. Terbentuk akibat reaksi fotokimia dengan bantuan polutan lain seperti NOx, dan Volatile organic compounds. Pajanan jangka pendek/akut dapat menginduksi inflamasi/peradangan pada paru dan menggangu fungsi pertahanan paru dan kardiovaskular. Pajanan jangka panjang dapat menginduksi terjadinya asma, bahkan fibrosis paru. Penelitian epidemiologis pada manusia menunjukan pajanan ozon yang tinggi dapat meningkatkan jumlah eksaserbasi/serangan asma.

4.3. NOx dan Sox

NOx dan SOx merupakan co-pollutants yang juga cukup penting. Terbentuk salah satunya dari pembakaran yang kurang sempurna bahan bakar fosil. Penelitian epidemologi menunjukan pajanan NO2,SO2 dan CO meningkatkan kematian/mortalitas akibat penyakit kardio-pulmoner (jantung dan paru) serta meningkatkan angka perawatan rumah sakit akibat penyakit-penyakit tersebut.

Polusi udara dan dampaknya terhadap kesehatan merupakan masalah nyata terkait dengan urbanisasi/pembangunan.  Untuk mengurangi pengaruh polusi udara tergadap kesehatan, pengurangan sumber polutan sudah pasti harus merupakan target utama jangka panjang baik dengan pemanfaatan teknologi maupun regulasi pemerintah.  Namun demikian, untuk  jangka pendek,  mengurangi pajanan individual merupakan salah satu cara yang cost-effective. Pengurangan pajanan secara makro dapat dilakukan misalnya dengan pemberlakuan  zona khusus kendaraan bermotor ataupun penentuan lokalisasi industri. Secara mikro misalnya dengan memperbaiki ventilasi/sirkulasi udara di tempat tinggal/kerja ataupun memberikan pendidikan/informasi bagi populasi yang rentan agar mengurangi pajanan tersebut serta meningkatkan daya tahan tubuh.

Read Full Post »

NILA KARTIKA SARI

305342479134/Off. G

PENCEMARAN LINGKUNGAN DAN UPAYA MENGATASINYA

Bersahabatlah dengan alam, jika tak ingin terkena kutukannya. Percayalah apa yang terjadi saat ini sebenarnya adalah sebuah pengulangan yang terjadi dihidup kita. Istilah kerennya KARMA. Saat kita menanam sesuatu itu pulalah yang kita panen. Saat kita membuat lingkungan disekitar kita tercemar entah itu membuang sampah disekenanya, berkendaraan dengan ugal-ugalan sehingga menimbulkan polusi udara yang meng-abu-abu-kan udara, atau merokok di dalam angkot tanpa mau menelan asapnya seorang diri. Tinggal menunggu waktu saja dan dampak pencemaran yang kita buat akan kembali kepada kita dan tragisnya ikut dirasakan oleh orang yang mungkin tidak ikut melakukan “dosa” tersebut. Bisa diumpamakan seperti “Nila setitik rusak air susu seblanga” pebuatan satu orang yang merasakan akibatnya juga orang disekitarnya.

Oleh karena itu harus kita sadari bahwa Pencemaran lingkungan merupakan masalah kita bersama, yang semakin penting untuk diselesaikan, karena menyangkut keselamatan, kesehatan, dan kehidupan kita. Siapapun bisa berperan serta dalam menyelesaikan masalah pencemaran lingkungan ini, termasuk kita. Dimulai dari lingkungan yang terkecil, diri kita sendiri, sampai ke lingkungan yang lebih luas.

Permasalahan pencemaran lingkungan yang harus segera kita atasi bersama diantaranya pencemaran air tanah dan sungai, pencemaran udara perkotaan, kontaminasi tanah oleh sampah, hujan asam, perubahan iklim global, penipisan lapisan ozon, kontaminasi zat radioaktif, dan sebagainya.  Untuk menyelesaikan masalah pencemaran lingkungan ini, tentunya kita harus mengetahui sumber pencemar, bagaimana proses pencemaran itu terjadi, dan bagaimana langkah penyelesaian pencemaran lingkungan itu sendiri.

Sumber Pencemar

Pencemar datang dari berbagai sumber dan memasuki udara, air dan tanah dengan berbagai cara. Pencemar udara terutama datang dari kendaraan bermotor, industi, dan pembakaran sampah. Pencemar udara dapat pula berasal dari aktivitas gunung berapi.

Pencemaran sungai dan air tanah terutama dari kegiatan domestik, industri, dan pertanian. Limbah cair domestik terutama berupa BOD, COD, dan zat organik. Limbah cair industri menghasilkan BOD, COD, zat organik, dan berbagai pencemar beracun. Limbah cair dari kegiatan pertanian terutama berupa nitrat dan fosfat.

Proses Pencemaran

Proses pencemaran dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung yaitu bahan pencemar tersebut langsung berdampak meracuni sehingga mengganggu kesehatan manusia, hewan dan tumbuhan atau mengganggu keseimbangan ekologis baik air, udara maupun tanah. Proses tidak langsung, yaitu beberapa zat kimia bereaksi di udara, air maupun tanah, sehingga menyebabkan pencemaran.

Pencemar ada yang langsung terasa dampaknya, misalnya berupa gangguan kesehatan langsung (penyakit akut), atau akan dirasakan setelah jangka waktu tertentu (penyakit kronis). Sebenarnya alam memiliki kemampuan sendiri untuk mengatasi pencemaran (self recovery), namun alam memiliki keterbatasan. Setelah batas itu terlampaui, maka pencemar akan berada di alam secara tetap atau terakumulasi dan kemudian berdampak pada manusia, material, hewan, tumbuhan dan ekosistem.

Langkah Penyelesaian

Penyelesaian masalah pencemaran terdiri dari langkah pencegahan dan pengendalian. Langkah pencegahan pada prinsipnya mengurangi pencemar dari sumbernya untuk mencegah dampak lingkungan yang lebih berat. Di lingkungan yang terdekat, misalnya dengan mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan, menggunakan kembali (reuse) dan daur ulang (recycle).

Di bidang industri misalnya dengan mengurangi jumlah air yang dipakai, mengurangi jumlah limbah, dan mengurangi keberadaan zat kimia PBT (Persistent, Bioaccumulative, and Toxic), dan berangsur-angsur menggantinya dengan Green Chemistry. Green chemistry merupakan segala produk dan proses kimia yang mengurangi atau menghilangkan zat berbahaya.

Tindakan pencegahan dapat pula dilakukan dengan mengganti alat-alat rumah tangga, atau bahan bakar kendaraan bermotor dengan bahan yang lebih ramah lingkungan. Pencegahan dapat pula dilakukan dengan kegiatan konservasi, penggunaan energi alternatif, penggunaan alat transportasi alternatif, dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development).

Langkah pengendalian sangat penting untuk menjaga lingkungan tetap bersih dan sehat. Pengendalian dapat berupa pembuatan standar baku mutu lingkungan, monitoring lingkungan dan penggunaan teknologi untuk mengatasi masalah lingkungan. Untuk permasalahan global seperti perubahan iklim, penipisan lapisan ozon, dan pemanasan global diperlukan kerjasama semua pihak antara satu negara dengan negara lain.

Read Full Post »

NILA KARTIKA SARI

305342479134/Off. G

Indonesia di Lintasan Limbah B3 (bahan beracun berbahaya)

Berdasarkan studi yang telah dilakukan oleh Bina Lingkungan Hidup DKI, ada sembilan kelompok besar penghasil limbah B3, delapan kelompok industri skala menengah dan besar, serta satu kelompok rumah sakit yang juga memiliki potensi menghasilkan limbah B3.

1. Industri Tekstil dan kulit
Sumber utama limbah B3 pada industri tekstil adalah penggunaan zat warna. Beberapa zat warna dikenal mengandung Cr, seperti senyawa Na2Cr2O7 atau senyawa Na2Cr3o7. Industri batik menggunakan senyawa Naftol yang sangat berbahaya. Senyawa lain dalam kategori B3 adalah H2O2 yang sangat reaktif dan HClO yang bersifat toksik. Beberapa tahap proses pada indusrti kulit yang mneghasilkan limbah B3 antara lain washing, soaking, dehairing, lisneasplatting, bathing, pickling, dan degreasing. Tahap selanjutnya meliputi tanning, shaving, dan polishing.
Proses tersebut menggunakan pewarna yang mengandung Cr dan H2SO4. Hal inilah yang menjadi pertimbangan untuk memasukkan industrikulit dalam kategori penghasil limbah B3.

2. Pabrik kertas dan percetakan
Sumber limbah padat berbahaya di pabrik kertas berasal dari proses pengambilan kmebali (recovery) bahan kimia yang memerlukan stabilisasi sebelum ditimbun. Sumber limbah lainnya ada pada permesinan kertas, pada pembuangan (blow down) boiler dan proses pematangan kertas yang menghasilkan residu beracun. Setelah residu tersebut diolah, dihasilkan konsentrat lumpur beracun. Produk samping proses percetakan yang dianggap berbahaya dan beracun adalah dari limbah cair pencucian rol film, pembersihan mesin, dan pemrosesan film. Proses ini menghasilkan konsentrat lumpur sebesar 1-4 persen dari volume limbah cair yang diolah. Industri persuratkabaran yang memiliki tiras jutaan eksemplar ternyata memiliki potensi sebagai
penghasil limbah B3.

3. Industri kimia besar
Kelompok industri ini masuk dalam kategori penghasil limbah B3, yang antara lain meliputi pabrik pembuatan resin, pabrik pembuat bahan pengawet kayu, pabrik cat, pabrik tinta, industri gas, pupuk, pestisida, pigmen, dan sabun. Limbah cair pabrik resin yang sudah diolah menghasilkan lumpur beracun sebesar 3-5 persen dari volume limbah cair yang diolah. Pembuatan cat menghasilkan beberapa lumpur cat beracun, baik air baku (water-base) maupun
zat pelarut (solvent-base). Sedangkan industri tinta menghasilkan limbah terbesar dari dari pembersihan bejana-bejana produksi, baik cairan maupun lumpur pekat. Sementara, timbulnya limbah beracun dari industri pestisida bergantung pada jenis proses pada pabrik tersebut, yaitu apakah ia benar-benar membuat bahan atau hanya memformulasikan saja.

4. Industri farmasi
Kelompok indusrti farmasi terbagi dalam dua sub-kelompok, yaitu sub-kelompok pembuat bahan dasar obat dan sub-kelompok formulasi dan pengepakan obat. Umumnya di Indonesia adalah sub-kelompok kedua yang tidak begitu membahayakan. Tapi, limbah industri farmasi yang memproduksi atibiotik memiliki tingkat bahaya cukup tinggi. Limbah industri farmasi umumnya berasal dari proses pencucian peralatan dan produk yang tidak terjual dan kadaluarsa.

5. Industri logam dasar
Industri logam dasar nonbesi menghasilkan limbah padat dari pengecoran, percetakan, dan pelapisan, yang mengahasilkan limbah cair pekat beracun sebesar 3 persen dari volume limbah cair yang diolah. Industri logam untuk keperluan rumah tangga menghasilkan sedikit cairan pickling yang tidak dapat diolah di lokasi pabrik dan memerlukan pengolahan khusus. Selain itu
juga terdapat cairan pembersih bahan dan peralatan, yang konsentratnya masuk kategori limbah B3.

6. Industri perakitan kendaraan bermotor
Kelompok ini meliputi perakitan kendaraan bermotor seperti mesin, disel, dan pembuatan badan kendaraan (karoseri). Limbahnya lebih banyak bersifat padatan, tetapi dikategorikan sebagai non B3. Yang termasuk B3 berasal dari proses penyiapan logam (bondering) dan pengecatan yang mengandung logam berat seperti Zn dan Cr.

8. Industri baterai kering dan aki
Limbah padat baterai kering yang dianggap bahaya berasal dari proses filtrasi. Sedangkan limbah cairnya berasal dari proses penyegelan. Industri aki menghasilkan limbah cair yang beracun, karena menggunakan H2SO4 sebagai cairan elektrolit.

9. Rumah sakit
Rumah sakit menghasilkan dua jenis limbah padat maupun cair, bahkan juga limbah gas, bakteri, maupun virus. Limbah padatnya berupa sisa obat-obatan, bekas pembalut, bungkus obat, serta bungkus zat kimia. Sedangkan limbah cairnya berasal dari hasil cucian, sisa-sisa obat atau bahan kimia laboratorium dan lain-lain. Limbah padat atau cair rumah sakit mempunyai
karateristik bisa mengakibatkan infeksi atau penularan penyakit. Sebagian juga beracun dan bersifat radioaktif.

Selama ini sangat sulit mengetahui secara persis, berapa jumlah limbah B3 yang dihasilkan suatu industri, karena pihak industri enggan melaporkan jumlah dan akrakter limbah yang sebenarnya. Padahal, kejujuran pihak industri untuk melaporkan secara rutin jumlah dan karakter limbahnya merupakan informasi berharga untuk menjaga keselamatan lingkungan bersama. Keengganan mereka berawal dari biaya pengolahan limbah yang terlampau mahal, sehingga yang terjadi adalah “kucing-kucingan” guna menghindari keharusan melakukan pengolahan. Untuk itu diperlukan kebijaksanaan yang tidak terlampau menekan industri, agar industri terangsang untuk mengolah limbahnya sendiri.

Read Full Post »

NILA KARTIKA SARI

305342479134/off G

SEPEDA MOTOR SUMBER POLUSI UDARA

Sepeda motor adalah salah satu alat transportasi yang terjangkau oleh masyarakat dan sangat efisien untuk membawa barang maupun membawa penumpang ke tempat yang cukup jauh. Sepeda motor pun bisa lebih hemat dibandingkan transportasi masal yang belum sempurna terutama bila tinggal di tempat yang kekurangan transportasi masal. Di lingkungan kampus saja sebelum jam 8 pagi sudah dipastikan seluruh parkiran yang berada di masing-masing fakultas sudah dipenuhi oleh sepeda motor yang bisa berjumlah sampai ratusan untuk satu fakultas saja. Untuk jumlah sepeda dimasing-masing parkiran masih bisa dihitung dengan jari tangan. Oleh sebab itu semakin banyak orang memilih membeli sepeda motor, bahkan banyak yang beralih dari naik mobil jadi jadi sepeda motor karena macet. Sepeda listrik atau sepeda motor listrik adalah salah satu alternatif alat transportasi yang murah dan tidak mengeluarkan polusi.

Di Indonesia, kendaraan bermotor merupakan sumber utama polusi udara di perkotaan. Menurut World Bank, dalam kurun waktu 6 tahun sejak 1995 hingga 2001 terdapat pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor di Indonesia sebesar hampir 100%. Sebagian besar kendaraan bermotor itu menghasilkan emisi gas buang yang buruk, baik akibat perawatan yang kurang memadai ataupun dari penggunaan bahan bakar dengan kualitas kurang baik (misal: kadar timbal/Pb yang tinggi) . World Bank juga menempatkan Jakarta menjadi salah satu kota dengan kadar polutan/partikulat tertinggi setelah Beijing, New Delhi dan Mexico City. Polusi udara yang terjadi sangat berpotensi menggangu kesehatan.  Menurut perhitungan kasar dari World Bank tahun 1994 dengan mengambil contoh kasus kota Jakarta, jika konsentrasi partikulat (PM) dapat diturunkan sesuai standar WHO, diperkirakan akan terjadi penurunan tiap tahunnya:  1400 kasus kematian bayi prematur; 2000 kasus rawat di RS, 49.000 kunjungan ke gawat darurat;  600.000 serangan asma; 124.000 kasus bronchitis pada anak; 31 juta gejala penyakit saluran pernapasan serta peningkatan efisiensi 7.6 juta hari kerja yang hilang akibat penyakit saluran pernapasan – suatu jumlah yang sangat signifikan dari sudut pandang kesehatan masyarakat.

Menurut harian Bisnis Indonesia, data tahun 2005 untuk populasi sepeda motor yang beredar di Indonesia ada sebanyak 35 juta, mobil penumpang 8.26 juta, truk 5.41 juta, dan bus 2.72 juta. Sedangkan data Badan Pusat Statistik tahun 2006 untuk Jakarta, jumlah kendaraan bermotor tersebut sudah mencapai 7.773.957 unit, terdiri atas mobil 1.816.702 unit, sepeda motor 5.136.619 unit, angkutan barang 503.740 unit, dan bus 316.896 unit. Jumlah sepeda motor di Jakarta bertambah 1.035 buah per hari atau hampir lima kali lipat dari pertumbuhan mobil. Heru Sutomo, koordinator Forum Keselamatan Transportasi dari Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) mengatakan bahwa populasi kendaraan akan meningkat dari sekitar 45 juta unit di tahun 2007, menjadi 50 juta di tahun 2008.

Bayangkan berapa banyak polusi yang dihasilkan oleh sepeda motor saja!

Polusi udara berasal dari berbagai sumber, dengan hasil pembakaran bahan bakar fosil merupakan sumber utama. Contoh sederhana adalah pembakaran mesin diesel yang dapat menghasilkan partikulat (PM), nitrogen oksida, dan precursor ozon yang semuanya merupakan polutan berbahaya.  Polutan yang ada diudara dapat berupa gas (misal SO2, NOx, CO, Volatile Organic Compounds) ataupun partikulat.  Polutan berupa partikulat tersuspensi, disebut juga PM (Particulate Matter) merupakan salah satu komponen penting terkait dengan pengaruhnya terhadap kesehatan. PM dapat diklasifikasikan menjadi 3; yaitu coarse PM (PM kasar atau PM2,5-10) berukuran 2,5-10 μm, bersumber dari abrasi tanah, debu jalan (debu dari ban atau kampas rem), ataupun akibat agregasi partikel sisa pembakaran. Partikel seukuran ini dapat masuk dan terdeposit di saluran pernapasan utama pada paru (trakheobronkial); sedangkan fine PM (<2,5 μm) dan ultrafine (<0,1 μm) berasal dari pembakaran bahan bakar fosil dan dapat dengan mudah terdeposit dalam unit terkecil saluran napas (alveoli) bahkan dapat masuk ke sirkulasi darah sistemik.

Read Full Post »

DUA MACAM PENYEBAB BANJIR DI INDONESIA

 

Fachmiar Ishadi

305342481464/G

 

            Dirjen Sumber Daya Air Departemen Kimpraswil, Ir. Hari Sidarta mengatakan bahwa banjir yang terjadi akhir-akhir ini di Indonesia disebabkan dua macam. Pertama adalah peristiwa alam seperti hujan besar dan waktunya lama, air laut pasang, yang kedua adalah ulah dari manusia, seperti melakukan penebangan hutan serta daerah aliran sungai (DAS) yang kondisinya kritis.

            Sesuai hasil survei Departemen PU dan Departemen Kehutanan pada 1992 tercatat sekitar 22 DAS yang kritis dan super kritis, sedangkan survei 1998 membengkak menjadi 58 DAS. Jumlah sungai induk di Indonesia saat ini tercatat 5.590 sungai dan 600 diantaranya memiliki potensi banjir, dan terkena imbas banjir seluas 1,7 hektar yang meliputi kawasan industri dan perdagangan serta pemukiman seluas 502.000 ha, pertanian dan perkebunan seluas 974.000 ha serta prasarana transportasi seluas 2.941 ha.

            Sungai-sungai yang ada di Indonesia itu memerlukan tanggul sepanjang 30.000 km, namun sampai saat ini baru ditangani sepanjang 2.600 km atau baru 8%. Itupun hanya mampu menampung debit banjir 5 tahunan dan 25 tahun sedangkan yang seharusnya adalah 25 tahun ke atas sampai banjir 100 tahunan.

            Dalam pengendalian banjir, lebih dititik beratkan pada pencegahan banjir atau mitigasi dampak banjir, bukan penanggulangan setelah banjir terjadi. Setidaknya dalam pengendalian banjir ini ada dua hal yang dilakukan yakni secara struktural, meliputi membangun sarana dan prasarana pengendalian banjir seperti waduk, tanggul, perbaikan sungai, polder, pompa. Sedangkan nonstruktural berupa peraturan perundangan baik dalam bentuk PP, Keppres, Permen dan Perda.

 

Read Full Post »